logo hear for you

Tentang Cerebral Palsy

Cerebral palsy (CP) adalah gangguan perkembangan otak yang memengaruhi gerakan, koordinasi, postur tubuh, serta fungsi motorik. Kondisi ini dapat terjadi sejak dalam kandungan, saat lahir, atau setelah lahir, dan sering disertai gangguan bicara, penglihatan, serta kecerdasan.

Informasi Untuk Orang Tua
Keluarga bahagia mendukung anak CP

Gejala Cerebral Palsy

1. Gangguan Gerakan dan Koordinasi

Anak dengan cerebral palsy dapat menunjukkan gangguan dalam kemampuan mengendalikan gerakan tubuhnya. Hal ini bisa terlihat dari otot yang sangat kaku (hipertonia) atau terlalu lemas (hipotonia), yang membuat mereka kesulitan mempertahankan postur dan melakukan gerakan dengan tepat. Gerakan seperti menggenggam, menulis, atau menyuap makanan bisa menjadi tantangan karena kurangnya koordinasi antar otot. Beberapa anak mengalami tremor atau gerakan tidak terkendali (ataksia) yang menyebabkan tubuh bergerak secara tidak beraturan bahkan tanpa keinginan mereka. Gangguan ini bisa memengaruhi semua bagian tubuh atau hanya sebagian, seperti tangan atau kaki.

2. Gangguan Postur dan Keseimbangan

Postur yang abnormal seperti tubuh miring, punggung membungkuk, atau kepala yang tidak sejajar dengan tubuh merupakan gejala umum cerebral palsy. Anak juga mungkin kesulitan duduk tegak atau berdiri tanpa bantuan, terutama saat mencoba menyeimbangkan tubuh dalam posisi diam atau saat berpindah posisi. Beberapa anak menunjukkan gaya berjalan yang tidak biasa, seperti berjalan jinjit atau menyeret satu kaki, akibat ketidakseimbangan otot dan refleks yang tidak normal. Masalah ini dapat meningkatkan risiko terjatuh dan membatasi kemandirian mereka dalam beraktivitas sehari-hari.

3. Refleks Abnormal

Refleks primitif seperti refleks menggenggam atau mengisap yang normalnya hanya ada pada bayi, bisa bertahan lebih lama dari waktu seharusnya pada anak dengan cerebral palsy. Mereka juga mungkin menunjukkan refleks baru yang seharusnya tidak ada, atau tidak menunjukkan refleks sama sekali pada bagian tubuh tertentu. Salah satu kondisi yang sering ditemui adalah spastisitas, di mana otot menjadi sangat kaku sehingga sulit untuk digerakkan. Kekakuan ini bisa membatasi mobilitas anak dan menyebabkan rasa sakit atau kontraktur (pemendekan otot secara permanen) jika tidak ditangani sejak dini dengan terapi.

4. Masalah Bicara dan Menelan

Kemampuan bicara anak bisa terganggu karena lemahnya otot mulut, lidah, dan tenggorokan. Akibatnya, anak mungkin bicara dengan pelafalan yang tidak jelas (disartria) atau tidak mampu berbicara sama sekali. Mereka juga dapat kesulitan mengunyah makanan, menyedot cairan, atau menelan dengan aman, yang meningkatkan risiko tersedak. Selain itu, produksi air liur yang berlebihan sering terjadi karena kurangnya kontrol otot pada rahang dan mulut, dan ini bisa menimbulkan infeksi kulit di sekitar mulut serta rasa malu dalam berinteraksi sosial. Intervensi dini seperti terapi wicara sangat penting untuk meningkatkan kualitas komunikasi dan keterampilan makan anak.

5. Masalah Perkembangan Kognitif dan Emosional

Tidak semua anak dengan cerebral palsy mengalami gangguan kognitif, namun cukup banyak yang menunjukkan keterlambatan dalam perkembangan intelektual. Mereka mungkin lambat dalam belajar, memahami instruksi, atau beradaptasi dengan lingkungan sosial. Keterlambatan dalam milestone perkembangan, seperti duduk, berdiri, dan berbicara, sering kali menjadi tanda awal. Secara emosional, anak mungkin mengalami frustrasi karena kesulitan dalam mengungkapkan keinginan atau mengikuti aktivitas teman sebayanya, sehingga bisa berkembang menjadi masalah perilaku atau kesulitan menjalin hubungan sosial. Pendekatan multidisiplin yang mencakup terapis okupasi, psikolog anak, dan guru pendamping sangat membantu dalam mendukung perkembangan optimal mereka.

Penyebab

Penyebab Cerebral Palsy sangat bervariasi dan melibatkan berbagai faktor risiko yang dapat terjadi pada periode prenatal (sebelum kelahiran), perinatal (saat kelahiran), dan postnatal (setelah kelahiran).

๐Ÿงฌ Faktor Prenatal

  • Kelainan Genetik: Mutasi genetik yang menghambat perkembangan otak janin.
  • Infeksi Kehamilan: Rubella, cytomegalovirus, atau toksoplasmosis dapat merusak otak janin.
  • Paparan Zat Berbahaya: Alkohol, obat-obatan, bahan kimia mengganggu perkembangan janin.
  • Kehamilan Ganda: Meningkatkan risiko prematuritas dan komplikasi lainnya.

๐Ÿ‘ถ Faktor Perinatal

  • Asfiksia Perinatal: Kekurangan oksigen saat persalinan dapat menyebabkan kerusakan otak.
  • Prematuritas: Risiko tinggi perdarahan intraventrikular & leucomalacia periventrikular.
  • Berat Badan Lahir Rendah: Meningkatkan risiko komplikasi otak.

๐Ÿผ Faktor Postnatal

  • Infeksi pada Bayi: Meningitis atau ensefalitis neonatal dapat merusak otak.
  • Cedera Kepala Traumatik: Cedera serius setelah lahir meningkatkan risiko CP.
  • Kernikterus: Bilirubin tinggi pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan otak.

Diagnosis

CP didiagnosis melalui pemeriksaan klinis, tes perkembangan, dan pemindaian otak untuk memastikan gangguan motorik bersifat permanen, bukan kondisi sementara yang dapat membaik.

Pemeriksaan Fisik & Neurologis

  • Observasi Motorik: milestone duduk, merangkak, berjalan.
  • Tonus Otot: kaku (hipertonia) atau lemas (hipotonia).
  • Refleks & Gerakan: deteksi ataksia, tremor, gerakan tak terkendali.

Tes Perkembangan

  • HINE: akurat untuk deteksi CP bayi.
  • GMs: evaluasi gerakan spontan bayi.
  • AIMS: deteksi keterlambatan motorik.

Pemindaian Otak

  • MRI: deteksi lesi, perdarahan, malformasi.
  • CT Scan: deteksi infeksi, alternatif MRI.
  • USG Cranial: evaluasi bayi prematur.
  • EEG: deteksi epilepsi atau kejang.

Jenis-jenis Cerebral Palsy dan Perkembangannya

1. Spastik

Tipe paling umum, ditandai dengan kekakuan otot dan gerakan terbatas.

  • Diplegia Spastik: Lebih memengaruhi kaki dibanding tangan.
  • Hemiplegia Spastik: Hanya satu sisi tubuh terpengaruh.
  • Quadriplegia Spastik: Semua anggota tubuh terdampak, sering disertai gangguan bicara/penglihatan.

๐Ÿ”น Kesulitan dalam koordinasi, keseimbangan, dan pergerakan.

๐Ÿ”น Dapat berjalan dengan alat bantu atau terapi rutin.

๐Ÿ”น Perkembangan kognitif umumnya normal, tapi interaksi sosial bisa terhambat.

2. Atetosis (Dyskinetic)

Gerakan tubuh tidak terkendali, bisa lambat atau cepat berulang.

  • Athetosis: Gerakan berputar tak terkendali.
  • Chorea: Gerakan cepat dan tidak terduga.

๐Ÿ”น Sulit mengontrol tangan, kaki, dan kepala.

๐Ÿ”น Kesulitan berbicara dan berkomunikasi.

๐Ÿ”น Konsistensi terapi dapat membantu anak lebih mandiri.

3. Ataksia

Gangguan keseimbangan dan koordinasi tubuh.

๐Ÿ”น Sulit menjaga keseimbangan saat berjalan/duduk.

๐Ÿ”น Perkembangan kognitif umumnya normal.

๐Ÿ”น Dapat berkembang dengan terapi keseimbangan & motorik halus.

4. Campuran

Kombinasi dari beberapa jenis CP, misalnya spastik dan atetosis bersamaan.

๐Ÿ”น Gangguan motorik yang lebih kompleks.

๐Ÿ”น Terapi intensif diperlukan untuk meningkatkan keterampilan motorik dan komunikasi.

๐Ÿ”น Perkembangan kognitif bervariasi tergantung tingkat keparahan CP.

Pentingnya Diagnosis Dini

Diagnosis dini sangat penting karena otak bayi masih memiliki kemampuan neuroplastisitas yang tinggi, sehingga intervensi lebih awal dapat meningkatkan hasil perkembangan anak.

Manfaat Diagnosis Dini

Intervensi Terapi yang Lebih Efektif
  • Fisioterapi: Meningkatkan kekuatan otot, fleksibilitas, dan koordinasi gerakan.
  • Terapi Okupasi: Membantu anak dalam aktivitas sehari-hari seperti makan, berpakaian, dan bermain.
  • Terapi Wicara: Jika CP mempengaruhi otot wajah dan mulut, terapi ini membantu bicara & menelan.
Mengoptimalkan Fungsi Motorik
  • Belajar teknik kompensasi dan strategi mengatasi kesulitan gerakan.
  • Mengurangi risiko deformitas sendi dan kontraktur otot.
Pencegahan Komplikasi Lebih Lanjut
  • Mengurangi risiko ortopedi seperti skoliosis, dislokasi panggul.
  • Mengurangi gangguan pernapasan, malnutrisi, dan gangguan sensorik.
Dukungan Keluarga dan Perencanaan Jangka Panjang

Diagnosis dini memberi waktu orang tua untuk memahami kondisi anak, mencari terapi yang tepat, serta merencanakan pendidikan & perawatan.

Kapan Diagnosis Dapat Ditegakkan?

  • Dengan penggunaan MRI, HINE, dan GMs, CP dapat didiagnosis seawal usia 3โ€“6 bulan untuk bayi berisiko tinggi (misalnya bayi prematur atau riwayat asfiksia lahir).
  • Pada anak tanpa faktor risiko lahir, CP biasanya didiagnosis antara usia 12โ€“24 bulan, ketika keterlambatan motorik menjadi lebih jelas.